Sabtu, 7 April 2018. HARI SABTU dalam OKTAF PASKAH, Hari Sabtu Imam
Bacaan :
- Kis. 4:13-21;
- Mzm. 118:1,14-15,16ab-18,19-21;
- Mrk. 16:9-15.
Renungan :
Bacaan Injil hari ini, semacam ringkasan atas beberapa pengalaman perjumpaan para murid dengan Tuhan Yesus setelah Paskah. Pesan pentingnya adalah para murid kini mendapat tugas perutusan untuk mewartakan Kristus yang bangkit sebagai berita gembira bagi semua orang di dunia ini.
Perutusan ini masih tetap berlaku hingga sekarang dan nanti. Ini adalah sebuah perutusan yang menantang pada masa kini, pada zaman media sosial. Kemajuan dunia teknologi komunikasi, membantu kita lebih mudah dan lebih cepat untuk menjangkau sesama dimananpun mereka berada. Disudut-sudut bumi ini, asalkan kita tidak merasa asing dengan perangkat yang namanya smartphone.
Kadang saya tahu dengan kejadian disekitar dengan cepat karena adanya pesan whatssapp. Teman saya yang tinggal di Kanada, untuk pergi ke Indonesia dan mempengaruhi panca indera saya atau pikiran saya atau hati saya, seseorang tidak perlu naik pesawat terbang dulu sekitar selama 20 jam atau lebih, tetapi dengan cukup membuka salah satu aplikasi media sosial dan mengirimkan berita atau foto melalui media itu.
Ini sungguh luar biasa. Ini suatu perkembangan teknologi komuikasi yang barangkali tidak pernah dibayangkan oleh para murid Yesus pada waktu itu. Maka, apa yang perlu kita sadari dan lakukan sekarang. Kita bisa memanfaatkan dengan optimal media sosial itu untuk berbagi warta gembira, untuk menyebarkan inspirasi yang baik dan membuat hati sesama bahagia, bakan yang mampu membuat iman kita dan orang lain kepada Tuhan disegarkan dan bertumbuh. Bukannya justru untuk berbagi hal-hal yang kurang inspiratif, yang berisi gosip atau menjelek-jelekkan orang lain.
Bila kita menjadi anggota dari salah satu group di media sosial seperti Twitter, Whatssapp, Instagram atau facebook dari komunitas tertentu, biasakanlah baca dengan teliti pesan pendek atau info yang masuk disana. Kita ini wajib tahu perlu tidaknya berkomentar atas viral dari orang lain. Kita harus punya filter untuk copas atau copy paste suatu pesan atau tidak.
Kadang jauh lebih baik kita tidak perlu berkomentar sedikitpun, bila tidak tahu banyak duduk perkara atas hal yang dikirim atau dibagikan melalui medsos itu.
Berhati-hatilah menyatakan pendapat, apalagi sampai mengungkapkan dalam medsos, amarah, sakit hati, kekecewaan, irihati, prasangka buruk, pikiran negatif, atau asumsi-asumsi yang lemah dasarnya.
Kurang hati-hati dan dewasa dalam hal ini, hati kita yang tadinya berlangit biru bisa berubah menjadi kelabu atau hujan disiang hari. Wajah kita yang tadinya ceria bisa menjadi ingin kita sembunyikan. Selera makan kita yang tadinya baik menjadi hilang, atau perut kita jadi mual. Maukan ini terjadi pada kita? Tentu Tidak
Sebuah cerita penutup yang sangat sederhana. Pada suatu pagi, sekitar pukul
setengah enam, salah seorang pemuda Paroki bernama Yulius mengirimkan ke nomor WA Pastor Parokinya sebuah gambar dengan tulisan "Pagi Yang Indah" awali dengan berdoa dan berniat baik, berpikir baik, berkata baik dan bersikap baik.
Tidak sampai dua menit, Pastor itu membalasnya dengan emoticom dua jempon dan sebuah kata yang berbunyi "Siap". Yuliuspun menjawab pesan pastor itu dengan tiga emoticom berupa tangan terkatup sebagai tanda terima kasih, kepala mengangguk tanda hormat dan wajah tersenyum lebar. Dalam hati Yulius berkata "Pagi Yang Sempurna". Ia merasa gembira dan telah berhasil memotivasi Pastornya pada hari itu.
Pastikanlah damai dan kegembiraan itu senantiasa tinggal dihati anda. Marilah kita bersama menjadi pewarta gembira, optimisme, positive thinking satu sama lain dalam keseharian kita. Amin
Pastikanlah damai dan kegembiraan itu senantiasa tinggal dihati anda. Marilah kita bersama menjadi pewarta gembira, optimisme, positive thinking satu sama lain dalam keseharian kita. Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar