Peran Serta Umat Katolik Dalam Mewujudkan Pemilu Yang Berkualitas (bag. IV) - Warta Katolik

Breaking

Bagi Yang Ingin Kegiatannya Dipublikasikan Di Blog Ini, Mohon Hubungi WA No. 081345227640

Kamis, 14 Februari 2019

Peran Serta Umat Katolik Dalam Mewujudkan Pemilu Yang Berkualitas (bag. IV)



Pemilu Sebagai Momentum Untuk Memilih Pemimpin Terbaik

Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 menyatakan bahwa  “kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang  Dasar”. Makna dari  kedaulatan berada di tangan rakyat yaitu bahwa rakyat memiliki tanggung jawab, hak dan kewajiban untuk  secara demokratis memilih pemimpin yang akan membentuk pemerintahan guna mengurus dan melayani seluruh lapisan masyarakat, serta memilih wakil rakyat untuk mengawasi jalannya pemerintahan. 

Dalam kontestasi pemilu, calon pemimpin itu dapat mendaftarkan diri melalui partai politik peserta Pemilu  atau perseorangan (khusus pemilu anggota DPD) yang tentunya mengikuti ketentuan-ketentuan persyaratan yang telah diatur dalam UU Pemilu. Sebelum dipilih oleh rakyat, calon pemimpin diwajibkan untuk menyampaikan kampanye yang berisi tawaran visi, misi, program dan/atau citra diri sebagai peserta  pemilu. Menjadi calon pemimpin itu dibutuhkan kemahiran berpolitik baik secara keilmuan atau pun seni  berkomunikasi. Calon pemimpin akan diuji sejauh mana konsep dan gagasannya ini mampu diterima oleh rakyat.

Bagi calon pemimpin yang notabene petahana, ia harus memberi pertanggungjawaban atas kinerja sebelumnya. Oleh karena itu, pemilu menjadi momentum untuk memilih kembali atau mencabut mandat  bagi calon pemimpin yang tidak mampu menjalankan amanah dari rakyat.

Kepemimpinan Dan Karakteristik Seorang Pemimpin

Kepemimpinan pada hakikatnya adalah sikap, pikiran, dan semangat kejiwaan yang terpanggil untuk memimpin dengan segala macam ucapan, perbuatan, dan perilaku hidup, Untuk mendorong dan mengantarkan yang dipimpinnya ke arah tujuan bersama. Dimensi kepemimpinan itu mencakup aspek  yang luas, dari penampilan pribadi, hubungan antarpribadi, dan dalam organisasi.
Terdapat 3 (tiga) potensi  kemampuan yang dapat dikembangkan oleh setiap orang terutama untuk menjadi seorang pemimpin yaitu :
1.      Kemampuan intelegensia meliputi kemampuan logika, imajinasi dan daya tangkap.
2.     Kemampuan dalam  bekerja meliputi ketekunan, ketelitian, waktu  kerja, dan daya tahan terhadap tekanan dan beban.
3.  Kemampuan dalam kepribadian menyangkut kebiasaan yang efektif, baik secara fisik, sosial, emosional, maupun spiritual. Seorang pemimpin harus mempunyai visi untuk menentukan kemana arah  kepemimpinannya. Memimpin tidak hanya berarti mengambil keputusan yang tepat, melainkan juga  mengkomunikasikan tujuan-tujuannya kepada masyarakat.

Pemimpin juga harus mempunyai keberanian dalam menghadapi berbagai tantangan, ancaman, dan masalah. Seorang pemimpin harus memperlihatkan bahwa ia seorang yang berani mengambil keputusan yang berat, berani memilih kebijakan yang tidak populer dan berani mempertanggungjawabkannya    kepada mereka yang dipimpinnya. Seorang pemimpin juga dituntut untuk mampu memimpin secara    demokratis dengan mengedepankan partisipasi dan inspirasi, menghormati mekanisme yang ada, dan  tidak melanggar hak-hak asasi manusia.

Di zaman sekarang, pemimpin berintegritas artinya pemimpin mempunyai kualitas moral yang baik, dengan ciri-ciri:
1.      Ia harus berani bertindak sesuai dengan keyakinannya daripada bersikap oportunistik;
2.      Ia bersedia dikritik dan dituntut pertanggungjawabannya atas kepemimpinannya;
3.      Ia harus adil dan bersedia mengaku kalau ia membuat kesalahan dan tidak melemparkan kesalahan terhadap bawahan;
4.      Ia harus memimpin secara transparan, artinya masyarakat dapat melihat apa yang dilakukannya  dan dapat  menjelaskan pertimbangan dan rasionalitas sebuah keputusan;
5.   Ia harus mempunyai idealisme. ia harus bercita-cita tinggi. tidak bekerja demi kantong, maupun keluarganya sendiri, melainkan demi kemajuan mereka yang dipimpin dan kemajuan bangsa;
6.      Ia tidak korup dan tidak mengizinkan sikap-sikap korup dalam lingkungannya.


Kepemimpinan Politik Dan Rekam Jejak Politisi

Kepemimpinan erat kaitannya dengan kemampuan melaksanakan tanggung jawab dalam menjalankan   kekuasaan (jabatan politik) yang diemban. Terkait dengan kepemimpinan politik, partai politik memegang  peranan penting dalam mendidik kader-kadernya untuk memperjuangkan cita-cita nasional dan   kesejahteraan bersama.

Partai politik bertujuan untuk meraih kekuasaan, maka dari itu partai politik dituntut untuk menyiapkan kader terbaiknya agar siap dipilih dan siap menjalankan kewajibannya sebagai seorang pemimpin. Ketika masyarakat mengharapkan pemilihan umum memunculkan pemimpin-pemimpin yang andal dan    mampu dipercaya, maka mereka harus tahu kriteria-kriteria apa saja bagi calon pemimpin itu layak untuk dipilih dan diberikan kepercayaan.

1. Integritas
integritas merujuk pada kepribadian dan karakter seseorang misalnya dapat dipercaya, mempunyai  komitmen, tanggung  jawab, kejujuran, kebenaran, dan kesetiaan. Calon pemimpin itu tidak pernah terlibat dalam perbuatan rekayasa dan praktik-praktik politik yang menyimpang (berbuat tidak jujur). Mereka tidak pernah ingkar janji juga tidak pernah terlibat dalam perbuatan yang memberikan keuntungan dengan cara melawan hukum.

2. Kompetensi
Kompetensi  merupakan gabungan dari pengetahuan, keterampilan, sikap, dan karakteristik seseorang  yang berkaitan dengan kinerja. Kompetensi yang baik akan menghasilan kinerja yang baik dengan cara yang efektif dan efisien.

3. Kapabilitas
Makna kapabilitas hampir sama dengan kompetensi. Hanya kapabilitas lebih detail dalam memahami  sesuatu, termasuk juga cara-cara untuk mengatasinya. 

Ketiga hal tersebut dapat dipakai oleh rakyat untuk  melihat calon pemimpin yang akan dipilih dan diberi kepercayaan menjalankan kekuasaan politik.

Pesan Moral Gereja

Beberapa dokumen gereja katolik, khususnya dalam dokumen Konsili Vatikan II berbicara tentang  bagaimana gereja Katolik menaruh perhatian terhadap politik dan memberikan pesan moral bagi umat  Katolik yang melibatkan diri dalam dunia politik praktis. 

“Terdorong oleh cinta akan bangsanya dan oleh rasa tanggung jawab akan tugas-tugas sebagai warga  negara, orang Katolik harus merasa dirinya bertanggung jawab untuk memajukan kesejahteraan bersama  dalam arti kata yang sebenarnya. Mereka berusaha memperbesar pengaruh mereka, supaya perundang-undangan sejalan dengan hukum-hukum kesusilaan dan dengan kesejahteraan bersama. hendaknya orang-orang Katolik, yang mahir dalam bidang politik, dan sebagaimana wajarnya berdiri teguh dalam iman serta ajaran Kristiani, jangan menolak untuk menjalankan urusan-urusan umum.” (Apostolicam Actuositatem, no. 14).

 “Mereka yang cakap atau berbakat hendaknya menyiapkan diri untuk mencapai keahlian politik, yang  sukar sekaligus amat luhur dan berusaha mengamalkannya tanpa memperhitungkan kepentingan pribadi  atau keuntungan  materiil.” (Gaudium  et  Spes, no. 75). Para Bapa Konsili juga menambahkan bahwa,    “hendaknya para warga negara dengan kebesaran jiwa dan kesetiaan memupuk cinta tanah air, tetapi tanpa berpandangan picik, sehingga serentak tetap memperhatikan kesejahteraan segenap keluarga  manusia, yang terhimpun melalui berbagai ikatan antarsuku, antarbangsa, dan antarnegara.” (Gaudium et Spes, no.75).

Calon pemimpin politik dari kalangan katolik diminta untuk tetap berdiri teguh dalam iman serta ajaran kristiani, selalu menerima untuk  menjalankan  urusan-urusan  umum,  tidak  memperhitungkan  kepentingan pribadi atau keuntungan materiil dan selalu memupuk cinta tanah air serta selalu memperhatikan kesejahteraan bersama.

“Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: kamu tahu, bahwa mereka yang disebut pemerintah   bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi, dan pembesar-pembesarnya menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu.  Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuksemuanya.” (Markus 10 : 42 – 44).

Perikop ini mau menekankan bahwa kedudukan, kekuasaan, dan popularitas bukanlah ukuran kehormatan. Sikap hati yang sungguh-sungguh ingin hidup bagi Allah dan bagi sesama manusia adalah  yang paling baik. Yesus telah memberikan teladan bahwa semua yang ia lakukan tidak berorientasi pada kedudukan melainkan pada pelayanan untuk kebaikan bersama. Yesus membangun gerakan untuk mengubah tatanan sosial yang tidak adil.

Di sadur dari Serial Buku Pengawasan Partisipatif (BERSAMBUNG BAG. V)

1 komentar:

  1. PulsaBet: LegalBet
    We are the only licensed 다파벳 online gambling platform where you can legally play real 1xbet korean money 카지노 sports in our state. You can win real money playing casino games in your state.

    BalasHapus