MANILA - Lonceng-lonceng gereja di Keuskupan Agung Manila akan dibunyikan setiap pukul 20.00 waktu setempat untuk memprotes sejumlah kasus pembunuhan yang terus terjadi di Filipina.
Seorang imam Katolik berusia 37 tahun dan seorang penyiar radio menjadi korban pembunuhan baru-baru ini.
Kardinal Luis Antonio Tagle dari Manila mengecam keras sejumlah kasus pembunuhan menyusul penembakan terhadap Pastor Mark Ventura di Keuskupan Agung Tuguegarao.
“Lonceng-lonceng gereja mengajak kita untuk mengenang para korban yang tewas, tidak melupakan mereka, dan untuk berdoa agar Allah mengingat mereka,” demikian pernyataan Kardinal Tagle pekan ini.
Prelatus itu mengatakan dentingan lonceng-lonceng gereja akan “menghantui para pelaku kekerasan dan pembunuhan untuk mengingat korban mereka, tidak melupakan mereka.”
Ia mengajak umat Katolik “untuk berhenti sejenak, mengenang dan berdoa” bagi Pastor Ventura yang ditembak dan dibunuh setelah memimpin Misa di Propinsi Cagayan pada Mingu (29/4).
Kardinal Tagle mengatakan dentingan lonceng-lonceng gereja merupakan sebuah panggilan kepada setiap umat Katolik untuk berkomitmen mewartakan kebenaran, mencintai dan menghormati karunia Allah akan kehidupan dan martabat manusia.
“Lonceng-lonceng gereja memohon kepada kita agar kita mengubah dukacita umat menjadi pengharapan dan kedamaian,” lanjutnya.
Kardinal Tagle mengungkapkan kesedihannya atas kasus pembunuhan terhadap Pastor Ventura karena beberapa orang nampaknya tidak lagi menghargai kehidupan sebagai sebuah karunia Allah.
“Menyedihkan bahwa seorang imam dibunuh … dan bahkan jika ia bukan seorang imam, orang biasa, bukankah ia juga karunia dari Allah? Apakah saat ini mudah untuk membunuh dan membuang seseorang?” tanyanya.
Pastor Ventura adalah imam kedua yang dibunuh dalam empat bulan setelah Pastor Marcelito Paez ditembak mati di Propinsi Nueva Ecija pada Desember lalu.
Uskup Agung Tuguegarao Mgr Sergio Utleg telah meminta otoritas setempat untuk mempercepat penyelidikan kasus pembunuhan terhadap Pastor Ventura.
“Kami memohon kepada otoritas … untuk segera mengejar para pelaku kejahatan ini dan mengadili mereka,” katanya.
“Banyak pembunuhan dilakukan dengan impunitas di negara kita oleh para pembunuh … Semoga ini yang terakhir,” lanjutnya.
Sehari setelah penembakan terhadap Pastor Ventura, para pembunuh juga menembak seorang penyiar radio, Edmund Sestoso, di Kota Dumaguete di Filipina bagian tengah.
Kelompok aktivis lingkungan hidup, Jaringan Rakyat Kalikasan untuk Lingkungan Hidup menggambarkan imam yang dibunuh itu sebagai “penentang setia proyek-proyek tambang.”
“Bisnis besar dan kepentingan mereka bisa saja penyebab pembunuhannya,” kata Leon Dulce, koordinator nasional kelompok itu.
Pastor Ventura ikut menentang pertambangan pasir hitam di Propinsi Cagayan.
Imam itu merupakan “pejuang lingkungan hidup” ke-55 yang tewas sejak Presiden Rodrigo Duterte mulai berkuasa, demikian pernyataan kelompok itu.
Karapatan, sebuah kelompok hak asasi manusia, mengatakan pembunuhan imam itu “mengindikasikan kejahatan mengerikan yang menggambarkan sifat pengecut manusia bertopeng yang berkembang dalam konteks rezim fasis ini.”
“Kita tidak bisa tidak meragukan kemungkinan Pastor Ventura menjadi target karena sikapnya sebagai advokat anti-tambang dan karyanya dalam komunitas adat,” demikian pernyataan kelompok itu.
Sumber : indonesia.ucanews.com
Seorang imam Katolik berusia 37 tahun dan seorang penyiar radio menjadi korban pembunuhan baru-baru ini.
Kardinal Luis Antonio Tagle dari Manila mengecam keras sejumlah kasus pembunuhan menyusul penembakan terhadap Pastor Mark Ventura di Keuskupan Agung Tuguegarao.
“Lonceng-lonceng gereja mengajak kita untuk mengenang para korban yang tewas, tidak melupakan mereka, dan untuk berdoa agar Allah mengingat mereka,” demikian pernyataan Kardinal Tagle pekan ini.
Prelatus itu mengatakan dentingan lonceng-lonceng gereja akan “menghantui para pelaku kekerasan dan pembunuhan untuk mengingat korban mereka, tidak melupakan mereka.”
Ia mengajak umat Katolik “untuk berhenti sejenak, mengenang dan berdoa” bagi Pastor Ventura yang ditembak dan dibunuh setelah memimpin Misa di Propinsi Cagayan pada Mingu (29/4).
Kardinal Tagle mengatakan dentingan lonceng-lonceng gereja merupakan sebuah panggilan kepada setiap umat Katolik untuk berkomitmen mewartakan kebenaran, mencintai dan menghormati karunia Allah akan kehidupan dan martabat manusia.
“Lonceng-lonceng gereja memohon kepada kita agar kita mengubah dukacita umat menjadi pengharapan dan kedamaian,” lanjutnya.
Kardinal Tagle mengungkapkan kesedihannya atas kasus pembunuhan terhadap Pastor Ventura karena beberapa orang nampaknya tidak lagi menghargai kehidupan sebagai sebuah karunia Allah.
“Menyedihkan bahwa seorang imam dibunuh … dan bahkan jika ia bukan seorang imam, orang biasa, bukankah ia juga karunia dari Allah? Apakah saat ini mudah untuk membunuh dan membuang seseorang?” tanyanya.
Pastor Ventura adalah imam kedua yang dibunuh dalam empat bulan setelah Pastor Marcelito Paez ditembak mati di Propinsi Nueva Ecija pada Desember lalu.
Uskup Agung Tuguegarao Mgr Sergio Utleg telah meminta otoritas setempat untuk mempercepat penyelidikan kasus pembunuhan terhadap Pastor Ventura.
“Kami memohon kepada otoritas … untuk segera mengejar para pelaku kejahatan ini dan mengadili mereka,” katanya.
“Banyak pembunuhan dilakukan dengan impunitas di negara kita oleh para pembunuh … Semoga ini yang terakhir,” lanjutnya.
Sehari setelah penembakan terhadap Pastor Ventura, para pembunuh juga menembak seorang penyiar radio, Edmund Sestoso, di Kota Dumaguete di Filipina bagian tengah.
Kelompok aktivis lingkungan hidup, Jaringan Rakyat Kalikasan untuk Lingkungan Hidup menggambarkan imam yang dibunuh itu sebagai “penentang setia proyek-proyek tambang.”
“Bisnis besar dan kepentingan mereka bisa saja penyebab pembunuhannya,” kata Leon Dulce, koordinator nasional kelompok itu.
Pastor Ventura ikut menentang pertambangan pasir hitam di Propinsi Cagayan.
Imam itu merupakan “pejuang lingkungan hidup” ke-55 yang tewas sejak Presiden Rodrigo Duterte mulai berkuasa, demikian pernyataan kelompok itu.
Karapatan, sebuah kelompok hak asasi manusia, mengatakan pembunuhan imam itu “mengindikasikan kejahatan mengerikan yang menggambarkan sifat pengecut manusia bertopeng yang berkembang dalam konteks rezim fasis ini.”
“Kita tidak bisa tidak meragukan kemungkinan Pastor Ventura menjadi target karena sikapnya sebagai advokat anti-tambang dan karyanya dalam komunitas adat,” demikian pernyataan kelompok itu.
Sumber : indonesia.ucanews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar