Hujan Dan Petir Warnai Jumat Agung Di Sintang - Warta Katolik

Breaking

Bagi Yang Ingin Kegiatannya Dipublikasikan Di Blog Ini, Mohon Hubungi WA No. 081345227640

Jumat, 30 Maret 2018

Hujan Dan Petir Warnai Jumat Agung Di Sintang

Romo Paroki Kristus Raja Katedral Sintang, Yohanes Pranoto mengawali prosesi cium salib pada ibadat Jumat Agung (30/3)

SINTANG - Meskipun berlangsung hikmat, namun suasana Ibadat Jumat Agung di Kota Sintang (30/3) yang berlangsung pukul 15.00 wib, sempat diwarnai dengan hujan deras dan kilatan petir yang menggelegar berkali-kali.

Biasanya, setiap Jumat Agung dilaksanakan cuaca sangat mendukung meskipun panas terik.

"Ini tidak biasanya," seloroh umat yang duduk di tenda belakang Katedral.

Karena terpaan angin dan hujan yang deras, dirinya terpaksa harus beranjak menyingkir untuk masuk ke dalam gedung Balai Kenyalang.

Hujan sendiri mulai turun, saat pendarasan pasio kisah penyaliban Yesus dilaksanakan. Hujan dan petir juga menyebabkan listrik padam disebagian arus yang ada di katedral, sehingga untuk beberapa menit soundsystem tidak menyala.

Setelah dua genset yang ada dinyalakan, soundsystem kembali normal berfungsi.


Cium Salib

Dalam Ibadat Jumat Agung di Paroki Kristus Raja Katedral Sintang yang dipimpin Romo Yohanes Pranoto, juga dilaksanakan tradisi mencium salib. Untuk itu, Panitia Perayaan Paskah menyiapkan 10 buah salib. Empat salib ditempatkan di dalam katedral, yakni dua di lantai dasar dan dua lagi di balkon.

Sementara itu tiga lokasi tenda yang ada, yakni dua dibagian sayap bangunan katedral yang ditempatkan masing-masing satu salib. Kemudian dibelakang bangunan Katedral dua salib serta di gedung Balai Kenyalang juga dua salib. Umat, baik tua, muda serta anak-anak dengan tertib dan hikmat melaksanakan tradisi ini. Salib-salib ini, masing-masing dipegang oleh prodiakon yang didampingi oleh misdinar yang bertugas untuk membersihkan salib seusai dicium oleh setiap umat

Seperti diketahui, selama masa prapaskah, sebetulnya Gereja mengajak seluruh umat untuk merenungkan peristiwa iman yang menjadi dasar seluruh iman Katolik, yaitu Allah Bapa yang mengutus Anak-Nya yang tunggal untuk datang ke dunia untuk menyelamatkan manusia dari belenggu dosa.

Dan kasih-Nya kepada umat manusia mencapai puncaknya pada hari Jumat Agung, hari dimana Yesus mengurbankan diri-Nya di kayu salib untuk keselamatan manusia. Dari pengorbanan di salib inilah, maka seluruh berkat dari Allah mengalir dan Roh Kudus juga tercurah kepada umat-Nya.

"Jadi kita melihat bahwa tanpa peristiwa wafat Yesus di salib atau Jumat Agung tidak akan ada kebangkitan atau Minggu Paskah. Untuk inilah salib menjadi tanda kemenangan dan kekuatan Allah.  Pada saat kita menghormati salib sebagai instrumen keselamatan kita, maka kita berdoa kepada-Nya yang telah menyelamatkan kita," kata Romo Yohanes Pranoto

Penghormatan salib dalam liturgi Jumat Agung dimulai sekitar abad ke-4 di Yerusalem, yang kemudian berkembang ke seluruh dunia, sampai sekarang. (phs)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar