Warta Katolik, HO CHI MINH - Lebih dari 100 rumah termasuk sebuah wisma untuk veteran perang difabel yang dikelola Gereja dibongkar secara paksa oleh para pisak berwenang Vietnam bagian selatan.
Orang-orang yang tinggal di rumah-rumah tersebut, kebanyakan beragama Katolik, mengatakan mereka tidak diberitahu terkait pembongkaran rumah tersebut di Lá»™c HÆ°ng dekat Kota Ho Chi Minh.
Pihak berwenang distrik Tan Binh “menyegel 112 rumah yang dituduh ilegal” pada 4 Januari dan 8 Januari, lapor surat kabar Tuoitre, yang dikelola negara.
Koran itu mengutip para pejabat lokal yang menuduh warga lokal secara ilegal menjual lahan tersebut dan pemerintah mengatakan lahan tersebut sudah direncanakan untuk pembangunan gedung sekolah dan fasilitas publik.
Media asing melaporkan sekitar 300 polisi mengambil bagian dalam operasi tersebut termasuk menggunakan bulldozer.
Di antara gedung-gedung yang dibongkar termasuk rumah Redemptoris untuk 18 veteran perang yang kehilangan anggota tubuh dalam Perang Vietnam. Para veteran tersebut tak memiliki kerabat.
Para veteran mengatakan polisi memaksa mereka segera pindah dan mengambil barang milik mereka sebelum pembongkaran gedung itu pada 8 Januari. Para veteran itu mengatakan mereka tidak diberitahu tentang pembongkaran itu. Sejumlah orang bahkan tidak memiliki waktu untuk mengambil kaki palsu mereka.
Seorang veteran mengatakan polisi berjanji memberikan mereka uang masing-masing 2 juta dong (US$86) jika mereka pindah ke kantor polisi tapi para mantan prajurit itu menolak karena mereka tidak percaya dengan polisi.
Ia mengatakan sesama veteran pergi ke biara Redemptoris untuk minta dukungan.
Pastor Anthony Le Ngoc Thanh CSsR, yang mengepalai program veteran Vietnam difabel, menyerukan warga memberikan tempat sementara kepada veteran yang kehilangan rumah.
Pastor Thanh mengatakan patung St. Joseph, Bunda Maria and sebuah salib didirikan di wisma veteran itu dibongkar polisi.
Dia mengatakan rumah-rumah yang dihancurkan itu akan ditanggung oleh para dermawan di dalam dan luar negeri. Pastor Thanh mengatakan bahwa rumah itu dibangun di atas tanah seluas 220 meter persegi yang dibeli oleh para Redemptoris dari keluarga setempat yang telah tinggal di sana sejak lama.
Tanah milik Serikat Misi Asing Paris (MEP) sejak 1954 juga dicaplok, lapor Asia News.
Pastor menentang penganiayaan oleh polisi
Cao Ha Truc, seorang bapak Katolik dari empat anak, mengatakan pemerintah membongkar 11 kamar kos. Truc ditahan, ditanya dan dianiaya polisi pada 8 Januari karena protes menentang pembongkaran tersebut.
Keluarganya telah hidup dan mengolah tanah itu sejak 1954 setelah mereka pindah dari Utara untuk menghindari penganiayaan komunis.
Beberapa aktivis menjelaskan penggusuran itu sebagai tindakan kejam dan tidak berperasaan yang telah membuat ratusan orang kehilangan tempat tinggal sebelum pesta Tahun Baru Imlek yang jatuh pada awal Februari.
Pihak berwenang mengatakan mereka akan menawarkan dukungan finansial bagi rumah yang digusur, tetapi tidak memberikan kompensasi atas kerusakan dan kehilangan.
Menanggapi bagaimana pemerintah mengatakan mereka berniat untuk menggunakan tanah itu, Pastor Thanh mengatakan penduduk setempat tidak menentang proyek pembangunan, tetapi mereka menentang bagaimana pihak berwenang melakukan tindakan itu.
Perebutan tanah dan properti Gereja yang digunakan oleh umat Katolik setempat oleh pemerintah komunis telah menjadi masalah.
Orang-orang yang tinggal di rumah-rumah tersebut, kebanyakan beragama Katolik, mengatakan mereka tidak diberitahu terkait pembongkaran rumah tersebut di Lá»™c HÆ°ng dekat Kota Ho Chi Minh.
Pihak berwenang distrik Tan Binh “menyegel 112 rumah yang dituduh ilegal” pada 4 Januari dan 8 Januari, lapor surat kabar Tuoitre, yang dikelola negara.
Koran itu mengutip para pejabat lokal yang menuduh warga lokal secara ilegal menjual lahan tersebut dan pemerintah mengatakan lahan tersebut sudah direncanakan untuk pembangunan gedung sekolah dan fasilitas publik.
Media asing melaporkan sekitar 300 polisi mengambil bagian dalam operasi tersebut termasuk menggunakan bulldozer.
Di antara gedung-gedung yang dibongkar termasuk rumah Redemptoris untuk 18 veteran perang yang kehilangan anggota tubuh dalam Perang Vietnam. Para veteran tersebut tak memiliki kerabat.
Para veteran mengatakan polisi memaksa mereka segera pindah dan mengambil barang milik mereka sebelum pembongkaran gedung itu pada 8 Januari. Para veteran itu mengatakan mereka tidak diberitahu tentang pembongkaran itu. Sejumlah orang bahkan tidak memiliki waktu untuk mengambil kaki palsu mereka.
Seorang veteran mengatakan polisi berjanji memberikan mereka uang masing-masing 2 juta dong (US$86) jika mereka pindah ke kantor polisi tapi para mantan prajurit itu menolak karena mereka tidak percaya dengan polisi.
Ia mengatakan sesama veteran pergi ke biara Redemptoris untuk minta dukungan.
Pastor Anthony Le Ngoc Thanh CSsR, yang mengepalai program veteran Vietnam difabel, menyerukan warga memberikan tempat sementara kepada veteran yang kehilangan rumah.
Pastor Thanh mengatakan patung St. Joseph, Bunda Maria and sebuah salib didirikan di wisma veteran itu dibongkar polisi.
Dia mengatakan rumah-rumah yang dihancurkan itu akan ditanggung oleh para dermawan di dalam dan luar negeri. Pastor Thanh mengatakan bahwa rumah itu dibangun di atas tanah seluas 220 meter persegi yang dibeli oleh para Redemptoris dari keluarga setempat yang telah tinggal di sana sejak lama.
Tanah milik Serikat Misi Asing Paris (MEP) sejak 1954 juga dicaplok, lapor Asia News.
Pastor menentang penganiayaan oleh polisi
Cao Ha Truc, seorang bapak Katolik dari empat anak, mengatakan pemerintah membongkar 11 kamar kos. Truc ditahan, ditanya dan dianiaya polisi pada 8 Januari karena protes menentang pembongkaran tersebut.
Keluarganya telah hidup dan mengolah tanah itu sejak 1954 setelah mereka pindah dari Utara untuk menghindari penganiayaan komunis.
Beberapa aktivis menjelaskan penggusuran itu sebagai tindakan kejam dan tidak berperasaan yang telah membuat ratusan orang kehilangan tempat tinggal sebelum pesta Tahun Baru Imlek yang jatuh pada awal Februari.
Pihak berwenang mengatakan mereka akan menawarkan dukungan finansial bagi rumah yang digusur, tetapi tidak memberikan kompensasi atas kerusakan dan kehilangan.
Menanggapi bagaimana pemerintah mengatakan mereka berniat untuk menggunakan tanah itu, Pastor Thanh mengatakan penduduk setempat tidak menentang proyek pembangunan, tetapi mereka menentang bagaimana pihak berwenang melakukan tindakan itu.
Perebutan tanah dan properti Gereja yang digunakan oleh umat Katolik setempat oleh pemerintah komunis telah menjadi masalah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar