Paus: Kediktatoran Dimulai Dengan Ambil Alih Media - Warta Katolik

Breaking

Bagi Yang Ingin Kegiatannya Dipublikasikan Di Blog Ini, Mohon Hubungi WA No. 081345227640

Minggu, 24 Juni 2018

Paus: Kediktatoran Dimulai Dengan Ambil Alih Media

VATICAN - Semua kediktatoran dimulai dengan cara yang sama: saluran media ditempatkan di tangan orang-orang “tidak bermoral” yang menyebarkan kebohongan dan melemahkan demokrasi, kata Paus Fransiskus.

Standar-standar, norma-norma dan hukum-hukum yang khas dalam berkomunikasi pertama-tama dihilangkan, kata paus dalam homilinya pada 18 Juni selama Misa pagi di Wisma Santa Martha.

Kemudian seluruh media atau saluran komunikasi diserahkan “ke perusahaan, bisnis yang melakukan fitnah, berbohong, melemahkan demokrasi, dan kemudian hakim datang  menilai lembaga yang lemah ini, orang-orang  dihancurkan, dihukum dan diktator membuat kemajuan dengan cara ini,” kata Sri Paus.

“Semua kediktatoran dimulai seperti ini, dengan memalsukan komunikasi,  menempatkan komunikasi di tangan orang-orang tanpa suara hati, pemerintah tanpa suara hati,” tambahnya.

Paus dalam homilinya berfokus pada bacaan pertama hari itu yang berbicara tentang Izebel yang berhasil bersama komplotannya untuk membantu suaminya, Raja Ahab, mengambil tanah milik tetangga mereka; Naboth, yang menolak untuk menjual apa yang sudah menjadi milik keluarganya selama beberapa generasi. Izebel memerintah  dua orang laki-laki dengan menuduh Nabot mengutuk Tuhan dan raja, yang membuat Nabot dilempari batu hingga tewas.

Paus Fransiskus mengatakan apa yang terjadi pada Nabot mirip dengan apa yang terjadi pada Yesus, Santo Stefanus dan semua martir yang dibunuh sebagai akibat dari fitnah dan dusta.

Hari ini, banyak orang, “banyak kepala negara atau pemerintah,” menerapkan skenario yang sama: mulai dengan kebohongan dan “setelah Anda menghancurkan seseorang dan kehidupannya dengan kepalsuan itu,” di sana  diadili dan dihukum, katanya.

Banyak negara, hari ini, dia menambahkan, “mereka menggunakan metode ini: hancurkan komunikasi yang bebas.”

Tetapi individu-individu juga, tergoda  menghancurkan orang lain dengan berbicara di belakang mereka, berbohong atau menyebarkan berita yang memalukan, kata Sri Paus.

Berbicara tentang skandal itu sangat menggiurkan, katanya, dan “seseorang tergoda oleh skandal. Kabar baik bukanlah penggoda.”

“Rayuan skandal dalam komunikasi akan memyebabkan seseorang terpojok,” karena itu menghancurkan orang-orang seperti Nabot atau Santo Stefanus, yang dirajam hingga tewas oleh orang-orang yang tidak ingin mendengar kebenaran.

Sudah ada “begitu banyak orang, begitu banyak negara yang dihancurkan oleh kediktatoran jahat dan menjijikkan,” katanya.

“Oh, itu adalah horor, tetapi horor yang terjadi hari ini – di komunitas kecil, orang-orang di banyak negara. Langkah pertama adalah merebut komunikasi, dan kemudian menghancurkan, menghakimi dan kematian,” katanya.

Sumber: indonesia.ucanews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar