NEW DELHI - Sebuah kelompok Hindu garis keras meminta umat Kristen diusir dari India dan gambar Paus Fransiskus dinjak-injak sambil menuduhnya mempromosikan terorisme dalam sebuah video yang beredar di media sosial sejak 25 Mei.
Dalam Video itu pemimpin Hindu kontroversial, Om Swami Maharaj, bersama sekelompok orang yang berjumlah sekitar 20 orang membawa plakat dan spanduk dengan gambar Paus Fransiskus tidak jauh dari Katedral Hati Kudus di New Delhi.
Maharaj berpidato sebelum para anggota kelompoknya mulai menginjak gambar paus. Selama pidatonya, dia menuduh orang Kristen di India mempromosikan terorisme dan Maoisme di negara itu dan menuntut mereka harus meninggalkan India.
Jika orang Kristen tidak meninggalkan India, kata Maharaj, mereka akan menggunakan kekerasan mengusir mereka.
Maharaj menyebarkan spanduk yang menampilkan gambar Paus di jalan dan kemudian, beberapa orang, menginjaknya. Slogan-slogan “bunuh Paus Fransiskus” diteriakkan.
Video ini menarik perhatian kelompok-kelompok Kristen di India tengah, mendorong mereka melaporkan kepada polisi untuk menghentikan peredaran video itu.
Richard James, juru bicara Rashtriya Isai Mahasangh, Forum Kristen Ekumenis yang bermarkas di Madhya Pradesh, mengatakan polisi telah diperingatkan tentang video itu.
“Pertunjukkan kebencian publik terhadap kelompok atau pemimpin agama semacam ini tidak akan diizinkan dalam masyarakat yang beradab,” kata James kepada ucanews.com.
Jaideep Prasad, inspektur jenderal polisi di ibukota negara bagian Bhopal, mengatakan kepada ucanews.com bahwa petugasnya “tidak akan mengizinkan siapa pun menyebarkan perselisihan di antara orang-orang dengan video semacam itu.”
Madhya Pradesh adalah salah satu negara bagian yang diatur oleh Partai Bharatiya Janata (BJP) pro-Hindu.
“Saya sudah menginstruksikan para pejabat melakukan apa yang diperlukan untuk memastikan perdamaian,” kata Prasad pada 29 Mei.
Uskup Theodore Mascarenhas, sekjen Konferensi Waligereja India, percaya bahwa video itu terkait dengan surat pastoral yang dikeluarkan oleh Uskup Agung Anil Couto di Delhi yang oleh para pemimpin BJP telah dikutuk sebagai anti-nasional.
Surat itu meminta umat Katolik berdoa menjelang pemilu 2019 karena India menghadapi “masa depan politik yang bergejolak yang mengancam demokrasi negara itu.”
“Video itu adalah sebuah penyimpangan dan tidak diharapkan,” kata Uskup Mascarenhas, yang menegaskan bahwa itu sama sekali tidak mewakili pendapat mayoritas umat Hindu di India.
Politik dan agama
Para pemimpin Kristen dan Muslim mengatakan BJP, yang secara resmi mengadopsi Hindutva atau nasionalisme budaya Hindu sebagai ideologinya 25 tahun lalu, mendukung kelompok-kelompok Hindu garis keras yang berusaha menjadikan India sebagai negara Hindu.
Meskipun BJP mengatakan bahwa gagasannya tentang bangsa didasarkan pada budaya India dan bukan pada agama, para pemimpinnya mendukung kebijakan yang mendukung praktik dan konsep agama Hindu yang menantang keragaman budaya dan agama India.
Salah satu contoh, Subramanian Swami, seorang anggota parlemen BJP, menginisiasi sebuah RUU tahun lalu untuk hukuman mati bagi yang membunuh sapi karena hewan itu dihormati oleh Hindu. Dia terus berpendapat bahwa penyembelihan sapi harus dianggap sebagai pembunuhan.
Dalam sebuah pesan di Twitter 23 Mei, ia mendesak Modi menghentikan semua hubungan diplomatik dengan Vatikan. Dia juga mengatakan kedutaan Vatikan di New Delhi harus disegel.
Sumber : indonesia.ucanews.com
Dalam Video itu pemimpin Hindu kontroversial, Om Swami Maharaj, bersama sekelompok orang yang berjumlah sekitar 20 orang membawa plakat dan spanduk dengan gambar Paus Fransiskus tidak jauh dari Katedral Hati Kudus di New Delhi.
Maharaj berpidato sebelum para anggota kelompoknya mulai menginjak gambar paus. Selama pidatonya, dia menuduh orang Kristen di India mempromosikan terorisme dan Maoisme di negara itu dan menuntut mereka harus meninggalkan India.
Jika orang Kristen tidak meninggalkan India, kata Maharaj, mereka akan menggunakan kekerasan mengusir mereka.
Maharaj menyebarkan spanduk yang menampilkan gambar Paus di jalan dan kemudian, beberapa orang, menginjaknya. Slogan-slogan “bunuh Paus Fransiskus” diteriakkan.
Video ini menarik perhatian kelompok-kelompok Kristen di India tengah, mendorong mereka melaporkan kepada polisi untuk menghentikan peredaran video itu.
Richard James, juru bicara Rashtriya Isai Mahasangh, Forum Kristen Ekumenis yang bermarkas di Madhya Pradesh, mengatakan polisi telah diperingatkan tentang video itu.
“Pertunjukkan kebencian publik terhadap kelompok atau pemimpin agama semacam ini tidak akan diizinkan dalam masyarakat yang beradab,” kata James kepada ucanews.com.
Jaideep Prasad, inspektur jenderal polisi di ibukota negara bagian Bhopal, mengatakan kepada ucanews.com bahwa petugasnya “tidak akan mengizinkan siapa pun menyebarkan perselisihan di antara orang-orang dengan video semacam itu.”
Madhya Pradesh adalah salah satu negara bagian yang diatur oleh Partai Bharatiya Janata (BJP) pro-Hindu.
“Saya sudah menginstruksikan para pejabat melakukan apa yang diperlukan untuk memastikan perdamaian,” kata Prasad pada 29 Mei.
Uskup Theodore Mascarenhas, sekjen Konferensi Waligereja India, percaya bahwa video itu terkait dengan surat pastoral yang dikeluarkan oleh Uskup Agung Anil Couto di Delhi yang oleh para pemimpin BJP telah dikutuk sebagai anti-nasional.
Surat itu meminta umat Katolik berdoa menjelang pemilu 2019 karena India menghadapi “masa depan politik yang bergejolak yang mengancam demokrasi negara itu.”
“Video itu adalah sebuah penyimpangan dan tidak diharapkan,” kata Uskup Mascarenhas, yang menegaskan bahwa itu sama sekali tidak mewakili pendapat mayoritas umat Hindu di India.
Politik dan agama
Para pemimpin Kristen dan Muslim mengatakan BJP, yang secara resmi mengadopsi Hindutva atau nasionalisme budaya Hindu sebagai ideologinya 25 tahun lalu, mendukung kelompok-kelompok Hindu garis keras yang berusaha menjadikan India sebagai negara Hindu.
Meskipun BJP mengatakan bahwa gagasannya tentang bangsa didasarkan pada budaya India dan bukan pada agama, para pemimpinnya mendukung kebijakan yang mendukung praktik dan konsep agama Hindu yang menantang keragaman budaya dan agama India.
Salah satu contoh, Subramanian Swami, seorang anggota parlemen BJP, menginisiasi sebuah RUU tahun lalu untuk hukuman mati bagi yang membunuh sapi karena hewan itu dihormati oleh Hindu. Dia terus berpendapat bahwa penyembelihan sapi harus dianggap sebagai pembunuhan.
Dalam sebuah pesan di Twitter 23 Mei, ia mendesak Modi menghentikan semua hubungan diplomatik dengan Vatikan. Dia juga mengatakan kedutaan Vatikan di New Delhi harus disegel.
Sumber : indonesia.ucanews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar