Empat Umat Katolik India Tewas Ditembaki Polisi Saat Demonstrasi - Warta Katolik

Breaking

Bagi Yang Ingin Kegiatannya Dipublikasikan Di Blog Ini, Mohon Hubungi WA No. 081345227640

Kamis, 24 Mei 2018

Empat Umat Katolik India Tewas Ditembaki Polisi Saat Demonstrasi

TAMIL NADU - Empat umat Katolik termasuk di antara 11 orang yang tewas ketika polisi menembaki ribuan orang  memprotes pabrik pengolahan tembaga yang bernilai jutaan dolar yang mereka klaim mencemarkan lingkungan dan air bersih mereka.

Setidaknya 20 orang termasuk seorang imam Katolik berada di rumah sakit dengan luka tembak setelah polisi negara bagian Tamil Nadu menembak sekitar 20.000 orang yang berkumpul di pabrik milik Vedanta yang berbasis di London,  di distrik pesisir Tuticorin, sebuah pusat Kristen di India bagian selatan, pada 22 Mei.

“Jumlah korban tewas bisa bertambah karena beberapa orang mengalami luka para,” kata Pastor Norbert Thomas, kanselir dari Keuskupan Tuticorin, kepada ucanews.com.

Dia mengatakan polisi melepaskan tembakan tanpa pandang bulu  membubarkan kerumunan setelah berubah menjadi kekerasan pada hari ke-100 demonstrasi.

Menteri Perikanan,  D. Jayakumar, mengatakan kepada media bahwa polisi terpaksa menembak ketika kerumunan itu mengamuk di dekat kantor pemerintahan distrik, tempat pejabat tinggi negara.

Polisi telah memberlakukan larangan  berdemonstrasi di dekat kantor dan para pengunjuk rasa tidak memiliki izin untuk mengadakan pawai. “Penggunaan kekuatan oleh polisi tidak dapat dihindari” untuk membubarkan kerumunan, kata Jayakumar.

Uskup Yvon Ambroise dari Tuticorin mengatakan kepada ucanews.com bahwa penembakan itu tidak pandang bulu. Ada upaya untuk mengklaim protes itu dipicu oleh Gereja tetapi itu adalah protes rakyat karena mereka terkena efek negatif dari pabrik itu, katanya.

Anak perusahaan Vedanta, Sterlite Copper, telah mengoperasikan smelter di area tersebut selama 25 tahun dengan kapasitas tahunan sebesar 400.000 ton dan akan membaharuai lisensinya, yang akan berakhir tahun ini.

Masyarakat telah melakukan protes selama tiga bulan terakhir dan pada hari ke-100 mereka mengorganisir pawai ke kantor pemerintahan distrik, menurut sebuah pernyataan dari uskup.

Protes itu mengikuti prinsip non-kekerasan Mahatma Gandhi, ayah dari bangsa India, dan pawai damai lima kilometer, kata pernyataan itu.

Polisi menahan orang-orang yang berada di dekat kantor dan beberapa orang menanggapi dengan melemparkan batu ke arah polisi, yang menyebabkan polisi melepaskan tembakan dan kematian orang yang tidak bersalah, kata pernyataan itu.

“Semuanya dimulai setelah tindakan polisi,” kata Pastor Thomas, ia menambahkan bahwa penembakan itu “sangat brutal” sehingga beberapa wanita dan anak-anak juga terluka.

Satu peluru menembus mulut seorang gadis cilik berusia 17 tahun, dan tewas di tempat.

Di antara yang terluka adalah Pastor Leo Jayaseelan. Sebuah peluru menembus perutnya tetapi ia dapat dioperasi dan sekarang stabil, kata kanselir tersebut.

Dia mengatakan, pabrik yang menyebabkan pencemaran itu beroperasi di dalam batas kota dan orang-orang telah terinfeksi oleh asap beracunnya. Dalam beberapa tahun terakhir, area tersebut telah dilaporkan ada peningkatan kasus kanker.

Pabrik itu berada di bawah wilayah paroki dan berefek pada 19 paroki di kota itu, yang bersama-sama melayani sekitar 100.000 umat Katolik.

“Adalah hal yang wajar bagi umat Katolik yang sangat tradisional di sini untuk datang ke gereja dan berkonsultasi di paroki ketika mereka menghadapi masalah sosial,” kata Pastor Thomas. “Namun, protes itu tidak ada hubungannya dengan agama. Itu adalah protes rakyat.”

Sumber : indonesia.ucanews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar