Cium Salib Saat Jumat Agung Bukan Menyembah Berhala - Warta Katolik

Breaking

Bagi Yang Ingin Kegiatannya Dipublikasikan Di Blog Ini, Mohon Hubungi WA No. 081345227640

Minggu, 25 Maret 2018

Cium Salib Saat Jumat Agung Bukan Menyembah Berhala

Ada satu bagian dalam Ibadat Agung Jumat Agung yang kadang masih jadi perdebatan hingga hari ini, yakni cium salib. Dalam bahasa liturgi disebut juga dengan istilah kecup salib.

Pada bagian ini, umat Katolik akan maju satu per satu dengan cara berbaris dan mengecup salib atau mencium salib. Ini adalah salah satu bagian penting dalam liturgi Jumat Agung yang dilakukan di seluruh dunia.

Di Jakarta dan di beberapa tempat di daerah Jawa, kecup salib dilakukan dengan berjalan seperti biasa hingga ke depan kemudian mengecup salib yang bisanya dipegang oleh misdinar.

Sementara di beberapa wilayah di Indonesia timur, kecup salib dalam Ibadat Jumat Agung dilakukan dengan cara berlutut. Kurang lebih dua sampai tiga meter sebelum mencapai salib, umat berlutut dan berjalan dengan lutut hingga mencium salib.

Juga, sebelum maju untuk mencium salib, umat wajib menanggalkan alas kaki, entah itu sandal atau sepatu. Umat maju tanpa menggunakan alas kaki.

Pertanyaannya, mengapa umat Katolik begitu menghormati salib? Apakah itu bisa ditafsirkan sebagai tindakan menyembah berhala? Ini penjelasannya.

1. Akar sejarah

Tradisi cium salib atau kecup salib saat Ibadat Agung Jumat Agung sudah dimulai sejak abad 4. Mula-mula kebiasaan ini dilakukan ke di Yerusalem. Seiring berkembangnya waktu, kebiasaan tersebut diakui Gereja dan mulai dilakukan di seluruh dunia.

Tradisi atau kebiasaan itu pun selanjutnya dimasukan menjadi salah satu bagian penting dalam perayaan Jumat Agung.

2. Simbol kemenangan

Salib yang kita kecup mempunyai makna kurban sekaligus kemenangan. Bagi kita yang tidak memahami, kurban Yesus di salib adalah kebodohan. Tapi bagi Allah, itulah makna kemenangan atas maut (bdk. 1 Kor 1: 18-31).

3. Makna kecup salib

Hendaknya pandangan tentang maju mengecup salib tidak hanya terbatas pada tindakan mengecup itu sendiri, tapi harus sampai pada alasan dan tujuan dari tindakan itu sendiri. Terlebih pula pada iman yang mau disimbolkan melalui tindakan tersebut.

Mengecup salib mengandung makna kagum sekaligus syukur atas pengorbanan Kristus di salib untuk penebusan kita. Selanjutnya, kebangkitan-Nya Kristus membawa kita pada kemenangan dan menyematkan kembali martabat anak Allah ke dalam diri kita yang sudah diselamatkan.

Kita menghormati Dia yang tersalib karena Dia memilih jalan yang paling keji untuk keselamatan kita, sahabat-sahabat-Nya. “Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya” (Yoh. 15:13).

Jadi tidak ada alasan lagi untuk menilai atau bahkan berprasangka bahwa mengecup salib adalah tindakan menyembah berhala. Lihatlah kedalaman makna yang mau diungkapkan melalui tindakan tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar